Pucca 11

Sunday, January 12, 2014

Perubahan Kurikulum dan Kualitas Pendidikan di Indonesia



KATA PENGANTAR
Sesungguhnya segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Masalah Pendidikan Di Indonesia” sebagai tugas mata kuliah Dasar-Dasar MIPA. Kemudian  shalawat beserta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Selanjutnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini. Serta penulis berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya.

Jambi, November 2013

Penyusun







ii
DAFTAR ISI
HalamanJudul……………………….……………………………………………i
KataPengantar………………...…………………………………………………..ii
Daftar Isi……………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………….……………………………………....2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..….....3


BAB II PEMBAHASAN
A …………..………….2
B. ……………………………………….…. 2
     C. …………………………….4


BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………….. 8




iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Setiap negara di dunia pasti memiliki kurikulum pendidikannya masing-masing, tak terkecuali Indonesia. Pada umumnya kurikulum pendidikan selalu menjadi harapan besar bagi seluruh masyarakat, dengan adanya perubahan dalam dunia pendidikan terutama dalam hal untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu masyarakat harus mudah  memahami bersama se-ideal apapun kurikulum yang akan dicoba atau diterapkan. Kalau kesadaran dari setiap pihak atau masyarakatnya untuk membangun dunia pendidikan kurang, tentu hal itu sangat susah untuk membangun dunia pendidikan yang ideal.
B.   Rumusan  masalah 
1.     Bagaimana sejarah awal perubahan kurikulum di Indonesia
2.     Bagaimana kualitas pendidikan dari dampak perubahan kurikulum di Indonesia
C.   Tujuan masalah
1.     Mengetahui sejarah awal perubahan kurikulum di Indonesia
2.     Mendeskripsi kualitas pendidikan di Indonesia








BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah perubahan kurikulum di Indonesia
1. Rencana Pelajaran 1947
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rencana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasilanamun penerapannya baru dimulai di sekolah-sekolah pada 1950.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
3. Rentjana Pendidikan 1964
Yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, spritual dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung processskill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
1.  Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
2.  Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
3.  Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4.  Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
5.  Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
6  Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
suplemen kurikulum 1999. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
·         Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
·         Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
·         Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
·         Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku pelajaran.
·         Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
8. Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.

9. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)
10. Kurikulum 2013
Penekanan utama pada kurikulum 2013 terdapat 6 poin mendasar yaitu :

Pertama, terkait dengan penataan sistem perbukuan.
Kedua, penataan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) di dalam penyiapan dan pengadaan guru.
Ketiga, penataan terhadap pola pelatihan guru.
Keempat, memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler, serta penguatan peran guru bimbingan dan konseling (BK).
Kelima, terkait dengan memperkuat NKRI. Melalui kegiatan ekstrakurikuler kepramukaanlah, peserta didik diharapkan mendapat porsi tambahan pendidikan karakter, baik menyangkut nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, toleransi dan lainnya.
Keenam, ini juga masih terkait dengan hal kelima, memperkuat integrasi pengetahuan-bahasa-budaya.

B. Kualitas Pendidikan di Indonesia.
Perubahan kurikulum serta besarnya anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah untuk Pendidikan tidak berbanding lurus dengan kualitas Pendidikan Indonesia sampai hari ini, dapat dilihat beberapa aspek yaitu :

1.     Prestasi belajar siswa dari Ujian Nasional
Secara hitungan angka-angka sebenarnya hasil ujian nasional cukup lumayan sukses karena melihat nilai-nilai hasil ujian nasionalnya diatas rata-rata dibanding tahun-tahun 90-an. Nilai matematika saja misalnya, pada tahun 90-an sangat jarang siswa mendapatkan nilai 9 tapi beberapa tahun ini sangat banyak siswa yang mendapatkan nilai tersebut bahkan beberapa siswa yang mendapatkan nilai 10, namun harus di kaji lebih jauh penyebab munculnya nilai tersebut apakah betul-betul murni hasil buah pikiran siswa atau ada yang lain, penomena ini masih teringat di benak kita maraknya peredaran kunci jawaban sebelum ujian nasional berlangsung yang berimplementasi pada hasil ujiannya, tak jarang siswa enggan belajar sebelum ujian karena asumsi yang dia miliki bahwa toh juga ada kunci jawaban yang diberikan nantinya. Apakah ini menandakan kualitas pendidikan meningkat.

2.      Akhlak Pelajar.
Maraknya tawuran yang terjadi diseluruh indonesia menjadi bukti bahwa akhlak para pelajar hari ini sangatlah terperosok, baik itu secara nasional maupun tingkat regional. Karena ketidak mampuan beberapa stakeholder dalam membina para pelajar dengan kondisi politik, kondisi sosial yang mengalami perubahan yang begitu singnifikan.




















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kurikulum sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan disetiap negara, tak terkecuali Indonesia. Yang mana kurikulum pendidikan ini selalu menjadi harapan besar bagi seluruh masyarakat. Dengan adanya perubahan dalam dunia pendidikan terutama dalam hal untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu masyarakat harus dapat  memahami bersama se-ideal apapun kurikulum yang akan dicoba atau diterapkan. Karena keberhasilan dunia pendidikan bukan karena kurikulum yang begitu bagus, tapi lebih pada kesadaran dan kualitas dari setiap pihak yang terkait yang harus dipikirkan.


 DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompasiana.com/2013/07/24/perubahan-kurikulum-dan-kualitas-pendidikan-di-indonesia-579288.html
http://miasatu.blogspot.com/2013/12/teks-eksposisi-peubahan-sistem.html
http://jintut-nocturna.blogspot.com/2011/03/perubahan-pada-sistem-pendidikan.html

Sunday, December 29, 2013

Lissajous



Introduction
Before we find out how the lissajous curve is formed, we should find out what that curve lissajous. In mathematics, a Lissajous curve is an lɪʒu//, also known as Lissajous figure or Bowditch curve/baʊdɪtʃ/, is a region of the graph of a parametric equation system


describing a complex harmonic motion. This family of curves was investigated by Nathaniel Bowditch also in 1815, and later in more detail by Jules Antoine Lissajous in 1857

Lissajous figures (or Lissajous curves) are produced in two dimensions when the x and y coordinates are given by two sine waves, which may have any amplitude, frequency and phase. This is a support page to the multimedia chapter Interference and Consonance in the volume Waves and Sound, which introduces interactions between sine waves. Other pages support the topics beats, Tartini tones, linear and nonlinear superposition and phasor addition.
Lissajous curves can also be generated using an oscilloscope(as illustrated). An octopus circuit can be used to demonstrate the waveform images on an oscilloscope. Two phase-shifted sinusoid inputs are applied to the oscilloscope in X-Y mode and the phase relationship between the signals is presented as a Lissajous figure.
For more details you can read this task







Theorical in Physic
In mathematics, a Lissajous curve /ˈlɪsəʒuː/, also known as Lissajous figure or Bowditch curve /ˈbaʊdɪtʃ/, is the graph of a system of parametric equations
which describe complex harmonic motion. This family of curves was investigated by Nathaniel Bowditch in 1815, and later in more detail by Jules Antoine Lissajous in 1857.
The appearance of the figure is highly sensitive to the ratio a/b. For a ratio of 1, the figure is an ellipse, with special cases including circles (A = B, δ = π/2 radians) and lines (δ = 0). Another simple Lissajous figure is the parabola (a/b = 2, δ = π/2). Other ratios produce more complicated curves, which are closed only if a/b is rational. The visual form of these curves is often suggestive of a three-dimensional knot, and indeed many kinds of knots, including those known as Lissajous knots, project to the plane as Lissajous figures.
Lissajous figure on an oscilloscope, displaying a 1:3 relationship between the frequencies of the vertical and horizontal sinusoidal inputs, respectively.
Lissajous figures where a = 1, b = N (N is a natural number) and
are Chebyshev polynomials of the first kind of degree N. (Wikipedia.org)
Lissajous figures are patterns generated by the junction of a pair of sinusoidal waves with axes that are perpendicular to one another. The figures, sometimes called Bowditch curves, were first described in the early 1800s by American mathematician Nathaniel Bowditch, who experimented with a pendulum undulating around perpendicular axes at the same time. Later that century, French mathematician Jules-Antoine Lissajous began his own study of the figures, which he produced in multiple ways. One of his methods involved creating vibrations in a mirror with sounds of different frequencies, then reflecting light from that mirror to produce various patterns. More commonly today, Lissajous figures are generated with an oscilloscope, a type of cathode ray tube that provides a picture of electrical signals in the form of a graph. (Magnet Lab)
Lissajous figures (or Lissajous curves) are produced in two dimensions when the x and y coordinates are given by two sine waves, which may have any amplitude, frequency and phase. This is a support page to the multimedia chapter Interference and Consonance in the volume Waves and Sound, which introduces interactions between sine waves. Other pages support the topics beats, Tartini tones, linear and nonlinear superposition and phasor addition.
This Lissajous figure has 400 Hz on the horziontal (y1 or x) axis and 500.1 Hz on the vertical (y2 or y) axis. (This nomenclature is for consistency with the other web pages involving combinations of sine waves.) The slightly incommensurate ratio is chosen so that the phase changes gradually, as can be heard by the constructive and destructive interference in one of the sound files below.
By tracing the curve mentally, one can observe that, in four horizontal oscillations, there are five vertical oscillations. One can also determine this ratio by counting the number of intersections with the two axes (UNSW)




pict of lissajous curve
















phase shift of lissajuous curve








Conclusion


In mathematics, a Lissajous curve /ˈlɪsəʒuː/, also known as Lissajous figure or Bowditch curve /ˈbaʊdɪtʃ/, is the graph of a system of parametric equations
which describe complex harmonic motion. This family of curves was investigated by Nathaniel Bowditch in 1815, and later in more detail by Jules Antoine Lissajous in 1857.
Lissajous figure on an oscilloscope, displaying a 1:3 relationship between the frequencies of the vertical and horizontal sinusoidal inputs, respectively.
Lissajous figures where a = 1, b = N (N is a natural number) and
are Chebyshev polynomials of the first kind of degree N.
Lissajous figures (or Lissajous curves) are produced in two dimensions when the x and y coordinates are given by two sine waves, which may have any amplitude, frequency and phase. This is a support page to the multimedia chapter Interference and Consonance in the volume Waves and Sound, which introduces interactions between sine waves. Other pages support the topics beats, Tartini tones, linear and nonlinear superposition and phasor addition.

the Oscilloscope needs to be ' triggered ' to start a trace using the first channel (y1).
If not, use the trigger ' line ': new trail triggered in phase with a nominal 50 Hz power supply. This often varies slightly from the 50 Hz, so it's not exactly sync with for example 400 Hz signal from the computer.





Reference